PUKKAT 'Kupas' Isu Seksualitas dari Perspektif Budaya Minahasa

(Foto : Istimewa)


TOMOHON, SulutSatu.com - Pusat Kajian Kebudayaan Indonesia Timur (PUKKAT) menggelar diskusi bertajuk "Seksualitas dari Perspektif Budaya Minahasa". Diskusi yang menghadirkan 3 pemantik itu digelar di Sekretariat PUKKAT, Kelurahan Talete, Kecamatan Tomohon Tengah, Kota Tomohon, Sabtu (08/02).

Diskusi diawali dengan cerita 'Wewene Nimatuama' yang di dokumentasikan dalam buku Tontemboansche Teksten. Sebuah cerita rakyat Minahasa yang dituliskan J. Alb. T. Schwarz sebagai dokumentasinya saat bertugas sebagai Nederlandsch Zendeling Genootschap (NZG) di Wilayah Tontemboan dari Tahun 1861-1903.

Denni Pinontoan yang mengulas cerita itu menjelaskan, cerita Wewene Nimatuama merupakan gambaran pembedaan jenis kelamin dalam fungsi dan kerja di masyarakat.

"Perempuan yang mau bekerja di ranah publik, menurut cerita itu mesti mengambil rupa laki-laki. Laki-laki adalah pekerja. Pemimpin adalah laki-laki. Ini ciri masyarakat patriakhi," ungkap Pinontoan.

Menurutnya, cerita ini bertolak belakang dengan cara pandang Tou (Orang,red) Minahasa yang menempatkan laki-laki dan perempuan secara setara.

"Kalau mendengar cerita tadi, ada indikasi jika cerita itu diceritakan pada pada masa kolonial. Sebuah masa yang sangat dipengaruhi ideologi patriakhi Eropa," katanya.

Selain Pinontoan, hadir juga 2 pemantik lainnya, yakni Rikson Karundeng yang bercerita tentang realitas diskriminasi karena perbedaan gender dan orientasi sex kini dan  soal hakekat manusia dalam persepektif Minahasa.

Sementara Ruth Wangkai mengulas tentang cerita Pingkan Mogogunoi. Ia mengisahkan Pingkan sebagai cermin diri Tou Minasaha. Cerita rakyat minahasa itu diulas Wangkai dalam perspektif Feminis Kritis.

Sementara itu, pegiat PUKKAT, Riane Elean yang dalam kesempatan itu tampil sebagai moderator mengungkapkan, diskusi kali ini telah menghadirkan peserta dan narasumber yang berkompeten.

"Dalam diskusi tadi telah hadir paea aktivis dan peneliti. Selain itu ada juga sosiolog, antropolog, teolog, sejarawan, sastrawan, jurnalis," bebernya.

Menurut Dosen di Universitas Kristen Indonesia Tomohon (UKIT) itu, diskusi ini bertujuan untuk memahami dan mendokumentasikan pemahaman tentang seksualitas dari perspektif budaya Minahasa.

"Masih banyak poin spesifik yang harus digali lagi. Akan ada tindak lanjut menyusul kegiatan yang dibuat ini," tuntasnya.
(Red)
Share on Google Plus

Penulis: SulutSatu.com

0 komentar:

Posting Komentar